"From Art to Human Dignity"

12 July 2009

Tentang Perkumpulan Seni Indonesia

SEJARAH
Perkumpulan Seni Indonesia (PSI) didirikan tahun 2001 sebagai komunitas oleh FX Rudy Gunawan, Seno Gumira Ajidarma, Nezar Patria, Arahmaini, dan Sita Aripurnami. Didasari oleh pemikiran pentingnya sebuah gerakan kebudayaan untuk pendidikan, proses penyadaran dan pemberdayaan masyarakat dalam penegakan hak-hak asasi, keadilan, dan kebenaran, PSI didirikan. Tujuan besarnya adalah menjaga dan memelihara keutuhan harkat dan martabat manusia. Memanusiakan kembali manusia yang mengalami dehumanisasi, baik sebagai akibat dari sistem politik yang tidak demokratis, kekuasaan yang sewenang-wenang, maupun bentuk-bentuk penindasan ekonomi, sosial, dan politik lainnya.

KONSEP DAN PRAKSIS
Semua kegiatan PSI berbentuk gerakan kebudayaan yang memakai media kesenian untuk melakukan proses pendidikan, penyadaran, dan pemberdayaan masyarakat dalam mengadvokasi atau mengkampanyekan sebuah isu human rights atau kemanusiaan. Sasaran utama program gerakan kebudayaan PSI adalah generasi muda tingkat SMA dengan tujuan membentuk sebuah generasi muda baru yang kritis, cerdas, dan apresiatif terhadap kebudayaan.

KELEMBAGAAN
  • PSI adalah organisasi yang berbentuk perkumpulan dan bersifat terbuka untuk semua partisipant tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, dan latar belakang kebudayaannya.
  • PSI adalah organisasi para professional di bidang seni budaya yang mempunyai concern pada persoalan-persoalan sosial kemanusiaan dalam rangka penegakan hak asasi manusia.
  • PSI adalah perkumpulan di dunia seni-budaya yang tidak sekedar melakukan praksis & apresiasi seni/budaya tetapi melakukan proses penyadaran melalui berbagai bentuk ekspresi seni-budaya sebagaimana ditegaskan para pendiri PSI bahwa misi kebudayaan yang akan diusung adalah mengembangkan seni/budaya dalam konteks kepentingan mengangkat harkat dan martabat manusia.
  • Berbekal komitmen tersebut, PSI selanjutnya akan menyusun rencana-rencana dan pelaksanaan proyek-proyek kesenian yang tidak pernah terlepas dari argumentasi konsepnya sendiri.
  • PSI akan mendasarkan metode pelaksanaan kegiatannya pada kolaborasi dengan jaringan seluas mungkin di berbagai daerah untuk mengangkat persoalan-persoalan sosial yang penting dan aktual.
VISI
Terwujudnya peradaban baru bangsa Indonesia yang lebih demokratis dan menghormati hak-hak asasi manusia

MISI
Membangun gerakan kebudayaan di Indonesia, yang mampu membentuk masyarakat berkultur demokrasi yang berkeadilan, toleran, pluralis, dan menjunjung tinggi kesetaraan jender.

NILAI-NILAI
PSI menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme, independensi, kebebasan, solidaritas, keterbukaan dan toleransi, pluralisme, transparansi dan akuntabilitas, serta pengarusutamaan keadilan jender.

Program

Kampanye:
Sejak didirikan pada tahun 2001, program utama PSI adalah kampanye berbagai kasus pelanggaran HAM melalui berbagai kegiatan kesenian sebagai gerakan kebudayaan yang bervisi sosial-kemanusiaan.

Lokakarya:
PSI menyelenggarakan berbagai lokakarya kesenian di daerah-daerah konflik sebagai alternatif pemberdayaan masyarakat di daerah konflik.

Penerbitan:
PSI menerbitkan jurnal atau berkala gerakan kebudayaan yang berisi tulisan-tulisan tentang kegiatan atau wacana kebudayaan rakyat.

Pertunjukan:
PSI menggelar pertunjukan berbagai bidang kesenian dengan tema spesifik tentang human rights yang melibatkan seniman nasional dan daerah untuk berkolaborasi. Termasuk konser amal jika ada bencana atau musibah di suatu daerah.

Portfolio

  • Menyelenggarakan pementasan keliling ke tiga kota drama monolog “Mengapa Kau Culik Anak Kami”, karya/sutradara Seno Gumira Ajidarma, dengan pemain Landung Simatupang dan Niniek L. Karim. Produksi tahun 2001 – 2002, bekerja sama dengan Kontras, YLBHI dan beberapa organisasi lokal.

  • Bekerjasama dengan IKOHI menyelenggarakan acara kesenian dan lelang foto, dalam peringatan Hari Penghilangan Paksa Internasional bersama Oppie Andaresta, Arahmaiani, Eric Prasetya, dll. Produksi tahun 2002.

  • Menyelenggarakan pembacaan cerpen dari buku antologi cerpen “Zarima; kumpulan cerpen (bukan) pilihan Kompas”, karya FX. Rudy Gunawan di LP Perempuan Tangerang bersama Rieke Dyah Pitaloka, Butet Kertaredjasa, Baby Jim Aditya, dan Jose Rizal Manua. Produksi tahun 2002.

  • Diskusi buku “Papua Menggugat; Kasus Theys Hiyo Eluay” bekerja sama dengan Galang Press, tahun 2002.

  • Bekerja sama dengan Voice of Human Rights dan GagasMedia menerbitkan buku kumpulan cerpen hak asasi manusia “Jakarta City Tour”. Produksi tahun 2003.

  • Bekerja sama dengan Kasum, Goethe Institute dan Kedubes Swiss menyelenggarakan Malam Apresiasi HAM, didedikasikan untuk Munir. Produksi tahun 2005.

  • Bekerja sama dengan KASUM, Voice of Human Rights, YSIK, Elsam, Kontras, Hivos, TIFA Foundation dan Kerkinactie menyelenggarakan pementasan keliling di Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar, Lombok, Jakarta, Medan, Bengkulu, dan Batu (Jawa Timur) drama monolog “Matinya Seorang Pejuang: A tribute to Munir”. Naskah oleh FX. Rudy Gunawan, sutradara oleh Landung Simatupang, musik oleh Toni Prabowo dan aktor Whani Darmawan serta Wendy HS. Produksi tahun 2004 – 2005.

  • Kegiatan pendampingan menggambar dan menulis di beberapa desa korban gempa DIY, antara lain di Pengkol, Pelem Sewu, Bawuran, Karya mereka di pamerkan di galeri Tembi, Yogjakarta pada tahun 2006.

  • Roadshow diskusi buku “Filosofi Kopi” karya Dewi Lestari di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogjakarta, Salatiga, Surabaya, Malang, Medan, Menado, dan Makasar, bekerja sama dengan penerbit GagasMedia, PRAXIS, Teater Gadjah Mada Jogja, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Fakultas Psikologi Universitas Soegijopranoto dan Perdikan Semarang, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Fakultas Sastra Universitas Airlangga Surabaya, Jurusan Komunikasi Universitas Brawijaya Malang, dan lain-lain pada tahun 2006.

  • Bekerja sama dengan Yayasan Mitra Netra menggelar beberapa pertunjukkan dan pemutaran film khusus untuk tuna netra dalam rangka mengkampanyekan “Gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra” selama 2006-2007.

  • Produksi dan menggelar pentas story telling hasil lomba penulisan cerpen bertema hak asasi manusia yang diselenggarakan Kedutaan Besar Swiss bekerja sama dengan VHR dan Goethe Institut pada 2006.

  • Menerbitkan kumpulan puisi penyair tunanetra Irwan Dwikustanto “Angin Pun Berbisik” dan memproduksi album musikalisasi puisi dari puisi tersebut (2007).

  • Pelatihan creative writing di komunitas petani, pekerja seks komersial, aktivis perempuan, dan mahasiswa di Banyuwangi dan Tretes, bekerja sama dengan ICDHRE (Islamic Center for Democracy and Human Rights Empowerment) dan PRAXIS pada bulan April dan Juni 2008.

  • Mementaskan teater dari naskah novel Sunda berjudul Sandekala karya Godhi Suwarna, bekerja sama dengan ICW, Walhi, Elsam, VHR, dll dengan sutradara Wawan Sofwan dari Main Teater pada Mei dan Juli 2008.

  • Bersama ICW, Walhi, Elsam, VHR mementaskan monolog Indonesia Menggugat yang dibawakan oleh Wawan Sofwan di Universitas Indonesia pada tanggal 8 Agustus 2008, yang menjadi bagian dari Konfrensi Nasional Warisan Ortoritarianisme.

  • Bersama ELSAM, Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat, Komunitas Sahaja, Jaringan Kerja Budaya, LIMAS, PBHI Bali, PPLH Bali, Praxis, VHR, WALHI Bali dan Yayasan Wisnu mengadakan diskusi publik "Posisi Gerakan Rakyat dalam Politik Elektoral 2009" yang diawali dengan Monolog Indonesia Menggugat oleh Wawan Sofwan di Denpasar Bali pada tanggal 12 Februari 2009.

  • Bersama ICW, Praxis, WALHI dan Mainteater menyelenggarakan Pementasan Teater Ladang Perminus adaptasi novel Ladang Perminus oleh Ramadhan KH, di Bandung, Jakarta, Solo dan Semarang pada tahun 2009. Kegiatan ini bekerjasama dengan puluhan organisasi dan lembaga baik di Bandung, Jakarta, Solo dan Semarang.

Jaringan Kerja

Selama ini PSI telah berjejaring dengan banyak organisasi kebudayaan, hak asasi manusia maupun sekolah-sekolah, antara lain: Elsam, VHR, IKOHI, Praxis, Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat, Sanggar Akar, KASUM, WALHI, ICW, HUMA, Kontras Jakarta, Kontras Sumatra Utara, Mainteater Bandung, Mitra Netra, YLBHI, INFID, Ultimus Bandung, ICHDRE Jombang, Dewan Kesenian Jakarta, Perguruan Rakyat Merdeka, PerdikanSemarang, Taman Budaya (Surabaya, Jogjakarta, Mataram, Malang, Bengkulu), Perguruan Tinggi (Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Negeri Jogjakarta, Universitas Brawijaya, Universitas Sumatra Utara, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas Soegijopranoto, Universitas Kristen Satya Wacana), sekolah-sekolah antara lain SMA St. Ursula BSD, SMA St. Angela Bandung, SMA Gonzaga Jakarta.

Selain itu juga, PSI beberapa kali bekerjasama dengan beberapa lembaga seperti Kedutaan Besar Swiss, Kedutaan Besar Belanda, Goethe Institut Jakarta, CCF, Hivos, ICCO, Yayasan TIFA, Gagas Media, Galang Press, Media Presindo dan Spasi Media.